Pada zaman dulu, peran dhalang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dhalang bukan hanya dianggap sebagai guru atau pendidik masyarakat, tetapi juga dianggap sebagai 'wong sepuh'. Makanya ia sangat dihormati dan dimuliakan oleh masyarakat. Menurut Seno Sastroamidjojo (1964), seorang dhalang yang baik dituntut memiliki kepiawaian dalam lima hal:
1. Gendhing (menguasai lelagoning gendhing)
2. Gandheng (mampu gerong atau kur paduan suara dalam mengiringi gendhing dan mampu mengayomi)
3. Gandhung (percaya diri)
4. Gendheng ('gila'; menganggap diri paling benar)
5. Gandhang (cetha lan seru, wijang wijiling wicara; suaranya jelas dan bagus)
Salah satu simbolisasi dalam pewayangan yang dikenal oleh 'manusia Jawa' secara turun-temurun hingga sekarang adalah pelajarang tauhid. Sang dhalang merupakan simbol dari Tuhan, sedangkan wayang melambangkan semua umat manusia. Dalam kehidupan ini, manusia -sebagai wayang- diharapkan tidak membangkang dari perintah Tuhan, artinya, dari sudut pandang ini, sebenarnya peran dhalang, wayang, dan gamelan mengisyaratkan mengenai konsep 'Manunggaling kawula-Gusti'.
Buku persembahan penerbit MediaPressindoGroup
#MediaPressindo