“Tak berlebihan sepertinya jika disebut bahwa sesudah Ridwan Saidi, tak ada lagi sosok Ketua Umum PB HMI yang sanggup menyaingi citra intelek serta produktivitas Ridwan. Citra intelek dan produktivitasnya dalam berkarya hanya bisa ditandingi oleh generasi-generasi sebelumnya”. (Fadli Zon).
Biographi Ridwan Saidi ditulis seorang tukang parkir mobil di Jakarta yang ingin selesaikan studinya di Universitas Negeri Jakarta. Saya yakin dengan kejujuran tukang parkir, kata Saidi. Sejak usia 13 tahun Saidi sudah tertarik dengan politik. Saidi menjadi saksi pergolakan politik dari jaman Liberal, Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi. Saidi kenal dekat dengan pelaku politik jaman Liberal, dan pada jaman Orde Baru Saidi mulai terjun sebagai politikus. Bakatnya berpolitik berkembang sejak Saidi menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) periode tahun 1974-1976. Saidi tetap hingga kini menyampaikan pikiran politiknya sebagai pengamat. Sekarang yang banyak pekerja politik, bukan politikus, kata Saidi.
Ridwan Saidi lahir di Jakarta 2 Juli 1942. Menempuh pendidikan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Sejak masa mahasiswa Saidi aktif dalam pergerakan politik. Ia terpilih sebagai anggota Parlemen Indonesia selama dua periode 1977-1987. Saidi sejak sekolah menengah giat dalam kesusasteraan. Antara lain ia menulis novel Diburu Mossad dengan latar belakang sistuasi politik Indonesia sejak proklamasi hingga Orde Baru. Sejak 1990 Saidi menekuni bidang sejarah hingga kini. Ia banyak melakukan penelitian. Sejarah Indonesia penuh dongeng, kata Saidi.