"Kita mau makan apa jika aku tidak membantu berjualan, Bu? Mas Angga tidak pernah mencukupi kebutuhanku!" Ibu mertua melihat sekelilingnya, memastikan tidak ada yang memperhatikan kami.
"Alah, sudah seminggu kamu menjadi bahan gunjingan tetangga dan membuatku malu! Lebih baik di rumah seperti biasa dan kerjakan semua pekerjaan rumah!"
Aku, Arin. Aku adalah menantu dari keluarga cukup terpandang. Aku sengaja membuat usaha sendiri dengan berjualan martabak telur di depan sekolahan. Semua kulakukan karena kebutuhan semakin mencekik, sedangkan suamiku Mas Angga, lebih suka memberikan setengah dari uang bulanan kepada Ibu Mertuaku. Sedangkan, aku hanya mendapat uang sisa bahkan terkesan ala kadarnya. Mas Angga bekerja di salah satu pabrik menjadi supervisor dengan gaji di atas enam juta. Namun, semua itu tidak pernah kunikmati. Melainkan Ibu mertuaku dan adik iparku.