“Baiklah, Mas!” Mahira mengangguk seraya mengambil koper miliknya dan mengemas beberapa baju yang dimiliki.
Selama ini Mahira tinggal di sebuah rumah kecil peninggalan kedua orang tuanya di kampung. Kedua orang tua mereka dulunya berteman baik hingga tidak lama keluarga Arya mendengar kabar jika orang tua Mahira meninggal karena kecelakaan. Mahira selama ini hidup sendiri berusaha sendiri demi menjalani hidup. Berkali-kali kedua orangtua Arya mengajaknya hidup bersama di kota, akan tetapi Mahira selalu menolaknya. Hingga akhirnya, kedua orang tua menjodohkan Arya dengan Mahira meski Arya sama sekali tidak menyukai Mahira.
Mahira terlihat menyeret koper yang dimilikinya keluar dari rumah dan kemudian mengunci pintu sebelum meninggalkan dalam waktu yang lama.
“Cepatlah masuk! Lelet banget jadi wanita!” Ucap Arya bernada sinis kepada wanita yang baru saja dinikahinya tanpa mau membantunya membawakan koper milik Mahira. Mahira terlihat kesusahan saat memasukkan koper ke dalam bagasi. Dengan susah payah, akhirnya koper bisa masuk ke bagasi.
Mobil melaju membelah jalanan kampung hingga menuju ke sebuah kota tempat tinggal Arya. Rumah berlantai dua milik Arya sebagai hadiah dari kedua orang tua atas pernikahannya.
Arya lagi-lagi hanya melirik sinis ketika Mahira menyeret kopernya masuk ke dalam rumah.