Denny Januar Ali, yang dikenal sebagai Denny JA (lahir di Palembang, Sumatra Selatan pada 4 Januari 1963) adalah seorang pengusaha intelektual. Dia membuat terobosan dalam dunia akademik, politik, media sosial, sastra, dan budaya di Indonesia.
Denny JA dianugerahi oleh majalah TIME pada 2015 sebagai salah satu dari 30 orang paling berpengaruh di internet. Termasuk dalam daftar adalah Presiden AS Barack Obama, Perdana Menteri India Narendra Modi, dan beberapa selebriti dunia seperti Shakira, Justin Bieber dan Kim Kardashian. Voting yang dilakukan oleh majalah TIME menunjukkan Denny JA memegang posisi pertama.
Pada 2014, ia dianugerahi oleh Twitter inc. sebagai runner- up pertama untuk The World Golden Tweet 2014 setelah selfie Ellen DeGeneres dengan aktris Hollywood dan perdana menteri Oscar.
Ia juga menerima penghargaan sebagai konsultan politik pertama dan satu-satunya di dunia yang membantu dan memenangkan pemilihan Presiden tiga kali berturut-turut. Dalam kasusnya, pemilihan Presiden yang dia ikuti adalah pada tahun 2004, 2009, dan 2014.
Pada tahun yang sama, ia terpilih sebagai salah satu dari 33 tokoh sastra paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia oleh tim beranggotakan delapan (tim penyair, kritikus, dan akademisi terkemuka). Dia dipilih bersama dengan Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, Takdir Alisjahbana, dan Rendra. Seleksi ini didokumentasikan dalam buku 777 halaman yang diterbitkan oleh Gramedia untuk PDS HB Jassin.
Dia terpilih karena dia memperkenalkan genre baru bernama puisi esai pada 2012. Sejak itu hingga 2015 ada sekitar 30 buku puisi esai yang diterbitkan, ditulis oleh lebih dari 100 intelektual dan penyair dari seluruh Indonesia.
Denny JA juga dikenal sebagai aktivis sosial yang mempromosikan dan mengkampanyekan Indonesia Tanpa Diskriminasi melalui berbagai media budaya; puisi, foto, lukisan, lagu, dan film. Ia mendanai gerakan ini dengan uangnya sendiri setelah menjadi pengusaha yang sukses.
Fransiskus Surdiasis lahir di Manggarai, Flores, 14 Oktober 1971. Setelah menamatkan sekolah menengah atas di Seminari Pius XII, Kisol, Flores, melanjutkan pendidikan di Jurusan Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Semasa kuliah, aktif di penerbitan pers mahasiswa Universitas Gadjah Mada dan mengasuh Majalah Balairung dengan posisi terakhir sebagai Pemimpin Redaksi. Setelah meraih gelar sarjana komunikasi pada 1997, bekerja di lingkungan media dan menjadi wartawan harian Duta Masyarakat Baru hingga tahun 2000. Koran yang berafiliasi dengan komunitas Nahdlatul Ulama itu adalah salah satu buah kebebasan pers hasil Reformasi 1998. Pada tahun-tahun itu, bersama berapa kawan, membantu penelitian Institut Studi Arus Informasi (ISAI) tentang sikap politik media, yang kemudian dibukukan dengan judul Politik Media Mengemas Berita. Sejak 2001, bergabung dengan harian The Jakarta Post di divisi riset dan pengembangan. Sejak Juli 2011 salah seorang penulis buku 10 Tahun Reformasi Bakti untuk Indonesia: Enam Ikon Pembawa Tradisi Baru (2008) ini, menjabat Kepala Research an Information Center (RIC) The Jakarta Post.