Melalui peristiwa-peristiwa ini proyek besar demokrasi Indonesia dikerjakan, dan melalui tulisan-tulisan ini pula penulis ikut membangun, merawat dan menjaga bangunan demokrasi itu. Itulah spirit yang memotivasi penulis untuk menyumbang banyak ide melalui tulisan. Karena itulah kumpulan opini di Media Indonesia ini diberi tajuk sederhana: Membangun Demokrasi Sehari-Hari.
Artikel sebanyak 41 yang diterbitkan dalam buku ini dipilah ke dalam bagian-bagian yang merefleksikan kurang lebih empat peran di atas.
Fransiskus Surdiasis lahir di Manggarai, Flores, 14 Oktober 1971. Setelah menamatkan sekolah menengah atas di Seminari Pius XII, Kisol, Flores, melanjutkan pendidikan di Jurusan Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Semasa kuliah, aktif di penerbitan pers mahasiswa Universitas Gadjah Mada dan mengasuh Majalah Balairung dengan posisi terakhir sebagai Pemimpin Redaksi. Setelah meraih gelar sarjana komunikasi pada 1997, bekerja di lingkungan media dan menjadi wartawan harian Duta Masyarakat Baru hingga tahun 2000. Koran yang berafiliasi dengan komunitas Nahdlatul Ulama itu adalah salah satu buah kebebasan pers hasil Reformasi 1998. Pada tahun-tahun itu, bersama berapa kawan, membantu penelitian Institut Studi Arus Informasi (ISAI) tentang sikap politik media, yang kemudian dibukukan dengan judul Politik Media Mengemas Berita. Sejak 2001, bergabung dengan harian The Jakarta Post di divisi riset dan pengembangan. Sejak Juli 2011 salah seorang penulis buku 10 Tahun Reformasi Bakti untuk Indonesia: Enam Ikon Pembawa Tradisi Baru (2008) ini, menjabat Kepala Research an Information Center (RIC) The Jakarta Post.