Selat Hormuz memisahkan Iran dan Uni Emirat Arab ( UEA ). Berada di antara Teluk Oman dan Teluk Persia, Selat Hormuz hanya memiliki rentang lebar 54 kilometer.
Namun perairan sempit ini merupakan jalur satu-satunya pengiriman minyak dari negera-negara di Teluk Persia ke seluruh dunia. Di atas riak air Selat Hormuz, mengalir 17 –19 juta barel minyak setiap harinya yang diangkut lalu lalang 15 – 20 kapal tanker. Di udara Selat Hormuz mengambang 40% kebutuhan minyak dunia. Maka Selat Hormuz menjadi wilayah perairan paling strategis yang bisa menentukan stabilitas harga minyak dunia.
Seolah menandai takdirnya, sepanjang sejarah, Selat Hormuz selalu menjadi perairan yang dianggap spesifik dan special. Konon, sebelum abad 20, selat ini merupakan wilayah persaingan antara negara-negara Eropa imperialis. Inggris menjadi pemegang peran ketika perairan itu menjadi jalur utama menuju India. Namun menjelang sepertiga akhir abad 20 – saat pasukan Garda Resvolusi Iran mengambil alih pemerintahan dari Shah Reza Pahlevi – peran Inggris diambil alih oleh Amerika bahkan negara adi daya ini menempatkan Armada kelima di Bahrain pada 1993. Dan, Amerika telah menganggap Selat Hormuz sebagai bagian teritorial keamanan nasionalnya.
Selat Hormuz mencuat dan membuktikan keperkasaannya – dengan terganggunya harga minyak dunia -- ketika terjadi perang Teluk antara Iran dan Iraq pada dekade 1981 – 1988. Setelahnya, Iran menjadi negara yang diwaspadai oleh negara-negara barat dan Israel karena mengembangkan senjata nuklir.
Sentuhan nuklir pula yang mengantar Iran diembargo dan puncaknya pada Senin, 23 Januari 2012 ketika para menteri luar negeri Uni Eropa di bawah tekanan AS menyetujui sanksi baru terhadap Teheran dengan mencegah negara-negara Uni Eropa membeli minyak mentah Iran dan melakukan bisnis dengan Bank Sentral Iran serta membekukan aset negara Iran di seluruh negara Uni Eropa. Sanksi mulai berlaku pada Ahad, 1 Juli 2012.
Dan, Iranpun mengeluarkan kartu truf-nya – mengancam akan menutup Selat Hormuz. Bahkan sebelumnya -- menjelang tahun baru 2012 – negara para Mullah itu melakukan latihan perang dan manuver senjata di Selat Hormuz. Teheran seolah tengah membuka mata dunia bahwa Iran siap menghadapi segala resiko. Dan Selat Hormuz menjadi kartu pertama yang dijatuhkan.
Muhammad Ali Khathiby – utusan Iran di Opec – memperingatkan negara-negara Teluk agar tidak mengkompensasi suplay minyak Iran ke pasar dalam kondisi sanksi terhadap Iran oleh Uni Erpa. ( Sharq, 15/1/2012 ).
Ebrahim Aqa Mohammadi -- seorang anggota parlemen Republik Islam Iran –mengatakan, “Komite Majelis Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Iran telah menyusun rencana untuk memblokir kapal tanker pembawa minyak melalui Selat Hormuz yang menuju ke negara-negara yang menjatuhkan sanksi terhadap Iran.”
Mohammed Reza Rahimi – Wakil presiden Iran – mengancam akan menutup Selat Hormuz. “Jika diputuskan berbagai sanksi terhadap minyak Iran maka tidak satu tetes pun minyak yang melewati Selat Hormuz.” ( IRNA, 27/12/2011 ).
Leon Panetta – Menteri Pertahanan AS – mengatakan, “Kami sudah mengatakan dengan jelas, AS tidak akan mentolerir pemblokiran Selat Hormuz. Kami siap meresponsnya,” ( AFP, Senin (9/1/2012).
Pentagon memperingatkan bahwa “Campur tangan dengan transit atau lewatnya kapal melalui Selat Hormuz tidak akan ditoleransi.”
“Militer Inggris mempercepat persiapan bagi kemungkinan dilakukannya operasi militer terhadap Iran dengan dalih kekhawatiran terhadap program nuklir Iran“. ( The Guardian l 3/11/2011 ).
“Kepala staf militer Inggris jenderal David Richard melakukan kunjungan rahasia ke Israel yang berlangsung selama tiga hari. Sementara menteri pertahanan Israel Ehud Barak pergi ke Inggris pada sore tanggal 2/11/2011 pada waktu makin meningkatnya pembicaraan tentang dilancarkannya serangan militer Israel terhadap Iran“ kutip Kantor berita UPI, 2/11/2011.
Yang paling mengejutkan – di tengah memanasnya suasana di Selat Hormuz – Vatikan melansir pernyataan : menganjurkan adanya kekuasaan tunggal untuk mengatasi krisis global di dunia.
Adakah Vatikan terobsesi E Pluribus Unum ( Unity of The World ) dan Nourus Ordo Sectorum ( The New World Order ) serta One World Order?
Dan, adakah Selat Hormuz akan menjadi medan awal perang dunia III sekaligus terciptanya One World Order?
Selat Hormuz ialah sekumpulan syair alam – airnya, udaranya, matahari dan rembulannya – yang menyimpan kalkulasi, dugaan dan takdir. Hanya sejarah yang kelak akan menulisnya.
Yang jelas – melihat letak geografisnya – Selat Hormuz tak akan pernah sepi dari pergolakan.
Mungkin sampai akhir zaman.
ZHAENAL FANANI
ZHAENAL FANANI LAHIR 07 MARET DI DAMPIT, MALANG, JAWA TIMUR.
PENDIDIKAN SD NEGERI DAMPIT 1, MTSN MALANG, MA MALANG DAN UNISMA. BEBERAPA TAHUN NYANTRI DI PONDOK PESANTREN RAUDALATUL MUTA’ALLIMIEN DAN PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SHIROTUL FUQOHA’, MALANG.
KURUN 1993 – 1997 MENULIS SERIAL SILAT
PENDEKAR MATA KERANJANG 12 EPISODE ( CINTA MEDIA, JAKARTA ) JOKO SABLENG 53 EPISODE ( CINTA MEDIA, JAKARTA ) PENDEKAR SERIBU BAYANGAN 18 (EPISODE KARYA ANDA, SURABAYA )
NOVEL YANG TELAH DITERBITKAN :
MADAME KALINYAMAT ( DIVA PRESS, 2009 ) TSU ZHI ( DIVA PRSS, 2009 ) KANTATA ABABIL ( DIVA PRESS, 2010 ) TROY ( DIVA PRESS, 2010 ) THE CRONICLE OF JENGISKHAN ( DIVA PRESS, 2010 ) AEROMATICAL ( DIVA PRESS, 2010 ) SUJUDILAH CINTAMU ( DIVA PRESS, 2011 ) GERBANG DUNIA KETIGA ( DIVA PRESS, 2011 ) HAMAROCH ( DIVA PRESS, 2011 ) TABUT ; ARK OF COVENANT ( DIVA PRESS, 2011 ) ANAK-ANAK LANGIT ( DIVA PRESS, 2011 ) SHEMA ; WHIRLING DERVISH DANCE ( DIVA PRESS, 2011 ) SENJA DI ALEXANDRIA ( DIVA PRESS, 2011 ), MENORAH ( DIVA PRESS, 2011 ), KARBALA ( DIVA PRESS, 2012 ). BULAN DI LANGIT ATHENA ( DIVA PRESS, 2012 ), SUNSET TERAKHIR DI TEHERAN ( DIVA PRESS, 2012 ).