Interaksi dengan nilai-nilai kehidupan yang bersumber dari berbagai macam budaya dan agama yang hidup di sekitar, pastilah tidak dapat dihindari. Karena itu dapat dipastikan bahwa agama pun juga tidak mungkin dapat dilepaskan dari perkembangan budaya yang ada dan hidup di sekitarnya. Kenyataan ini, mau tidak mau, akan menuntut adanya sikap terbuka untuk menerima, menghargai, dan bahkan mengakui hadirnya nilai-nilai budaya di dalam suatu agama. Keterbukaan semacam ini mutlak diperlukan dalam rangka mewujudkan suatu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang harmonis. Konsekuensinya, setiap orang beriman perlu memiliki pada dirinya wawasan interkultural; wawasan yang memampukan seseorang setia terhadap "agama dan budayanya" sendiri di satu pihak, namun pada saat yang sama sanggup pula menerima dan menghormati "agama dan budaya orang lain" sebagai media refleksi bagi penghayatan imannya sendiri.
Namun, sudahkah wawasan interkultural tersebut hadir secara nyata di dalam kehidupan warga masyarakat saat ini? Alasan inilah yang mendorong tim peneliti dari Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana melakukan "penelitian penjajakan" mengenai gambaran terkait wawasan interkultural yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dewasa ini. Pusat perhatian utamanya diarahkan kepada persepsi sekelompok mahasiswa, dosen, dan pendeta mengenai "teologi interkultural". Ini akan digali melalui pertanyaan utama tentang bagaimana mereka memahami dan menghidupi keberadaan dirinya di tengah masyarakat, budaya, dan agama yang plural. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang berguna bagi pengembangan dan implementasi wawasan interkultural dalam rangka mewujudkan hidup bersama masyarakat yang diidam-idamkan.