Tritunggal yang ditinjau menurut pandangan gerakan
pentakosta dan kharismatik. Istilah Tritunggal lahir pada
abad pertama tahun masehi, meskipun waktu itu masih
dalam bentuk pemikiran-pemikiran dari bapa-bapa gereja.
Sementara gerakan pentakosta dan kharismatik lahir
sebagai bentuk dari spirit pietis, yaitu ingin mengembalikan
kekristenan sebagai jalan hidup yang benar, saleh dan lurus.
Bapa gereja yang pertama menjalankan spirit kekristenannya
sebagai pentakosta dan kharismatik adalah
Tertullianus. Dan Tertullianus jugalah yang yang
melahirkan konsep tritunggal, dan menjadi credo atau
pengakuan iman dibanyak gereja yang heterogen atau
majemuk. Kisah dari Tertullianus ini bukan suatu
kebetulan, karena sejarah telah mencatat hal itu.
Kemudian, lahirnya gerakan pentakosta dan
kharismatik memberikan nuansa baru bagi kekristenan
masa kini. Gerakan ini memiliki gaya ibadah atau liturgi
yang berbeda dengan gereja arus utama. Tetapi daya pikat
dari gerakan ini tidak terbendung, sehingga gerakan ini
termasuk salah satu gerakan yang mengalami perkembangan
yang pesat, terutama dari segi kuantitas
jemaatnya.
Dalam hal teologi, gerakan pentakosta dan kharismatik
lebih mengedepankan teologi gerak. Suatu teologi yang
iv | Pengantar Penulis
menekankan pertobatan, keselamatan babtisan Roh Kudus
dan kepenuhan Roh Kudus. Namun demikian, gerakan
pentakosta dan kharismatik tidak melupakan ajaran-ajaran
dogma yang menjadi keputusan konsili zaman dulu, dan itu
masih terlihat dalam credo dan diakui oleh gerakan
pentakosta dan kharismatik dan salah satunya adalah Gereja
Bethel Indonesia (GBI) dimana penulis menjadi pejabat dan
menjadi anggota dalam gereja ini.
Mudah-mudahan dengan buku ini menambah wawasan
scholastika kita sebagai murid Tuhan, terutama bagi
mahasiswa teologi yang sedang duduk dibangku
perkuliahan Sekolah Tinggi Teologi (STT) agar
berkontribusi dalam dunia akademisi khusus teologi.
Penulis berterima kasih kepada dosen-dosen di STT
Ekumene, Jakarta dimana penulis menempuh studi S2
teologi, khususnya kepada Bapak Pdt. Dr. Erastus Sabdono,
yang mengingatkan penulis tentang “teologi gerak” pada
suatu pertemuan kuliah. Biarlah nama Tuhan Yesus selalu
dipermuliakan dan diagungkan.
Penulis sangat berharap masukan-masukan jika dalam
substansi buku ini masih ada kekurangan, karena dengan
masukan tersebut, buku ini bisa lebih baik lagi.
Buku ini berlaku untuk kalangan sendiri.
Rolas Tampubolon, Memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) dari Universitas Bung Hatta Padang. Saat ini menempuh pendidikan S2 teologi di Sekolah Tinggi Teologi (STT) Ekumene Jakarta. Sehari-hari berprofesi sebagai Advokat dari kantor hukum “ Rolas Tampubolon Law Offices” di Jakarta. Disamping sebagai Advokat, penulis juga berpengalaman di beberapa organisasi Kristen seperti Ketua Departemen Hukum DPP Pelbenus (Pelayanan Bethel Nusantara) dan Pengurus Pusat Departemen Pemuda dan Anak (PP DPA) Gereja Bethel Indonesia (2013-2017).
Disamping itu, penulis juga sering mengisi seminar yang berhubungan dengan hukum. Penulis juga telah menerbitkan buku-buku yang bertemakan hukum, misalnya Perceraian Menurut Pandangan Hukum Kristen dan Hukum Negara (2014) dan Strategi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Pasca Undang-Undang Cipta Kerja (2021).
Penulis juga pernah menguji materil UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan di Mahkamah Konstitusi (MK).
Penulis diangkat sebagai pejabat Gereja Bethel Indonesia (Pdp) pada tahun 2006 dan aktif melayani di gereja lokal hingga saat sekarang ini.