Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka atau yang dikenal sebagai Tan Malaka (1897-1949) lahir di Nagari Pandam Gadang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, Tan Malaka lahir pada saat tanah kelahirannya di bawah kekuasaan HindiaBelanda. Sebagai seorang pejuang kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang terlahir dari pasangan HM. Rasad Caniago, seorang buruh tani, dan Rangkayo Sinah Simabur, putri seorang tokoh terpandang.
Masa-masa produktif belajar dari kecil hingga dewasa (1908-1919) Tan Malaka dibekali keterampilan dengan belajar bahasa Belanda, dan mendapatkan gelar Diploma hulpacte atas kelulusannya dari pendidikannya di Belanda. Membaca banyakbuku-buku tentang pandangan budaya dan politik para pemikir Jerman memantik Tan Malaka terkesan dengan pandangan politik dan kebudayaan Jerman dan pada akhirnya menjadi arah panutan politik yang mendorong dia mendaftar sebagai Angkatan Darat Jerman, tetapi ditolak, karena tentara tidak menerima orang asing pada saat itu.
Kecintaan Tan Malaka akan pandangan politik dan budaya asing membuatnya memiliki pandangan-pandangan yang berbeda yang dituangkan dalam buku-bukunya yang dia tulis. Beberapa judul buku karya Tan Malaka yang menjadi karya penting diantaranya Menuju Republik Indonesia (Naar de ‘Republiek Indonesia’) 1925, Aksi Massa 1926, dan Madilog1943. Dengan Membaca karya-karya Tan Malaka tersebut dan Gerpolek (GErilya-POlitik dan EKonomi, 1948) membahas semua pandangannya terhadap bidang kemasyarakatan, kenegaraan, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan sampai kemiliteran, maka akan ditemukan benang putih keilmiahan dan ke-Indonesia-an serta benang merah kemandirian yang merupakan sikap konsisten yang jelas pada gagasan-gagasan dalam perjuangannya.
Atas segala perjuangannya untuk bangsa, Tan Malaka gugur pada 21 Februari 1949 dan mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional setelah dikeluarkannya Keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional.