Pamornya menaik karena setelah partai komunis digasak, Partai nasional Indonesia (PNI) yang kemudian mengambil alih panggung dan podiumnya. Di situlah Sukarno, seperti seorang aktor besar, memaksimalkan semua yang dipunyainya untuk satu target: kolonialisme harus tumbang, imperialisme harus enyah.
Buku ini adalah ringkasan terbaik jika ingin mengetahui lebih dekat bagaimana Sukarno memaksimumkan segala potensi dirinya dalam proses melahirkan dan merawat Republik. Walau kita tahu, ia kemudian dimangsa sendiri oleh revolusi yang ia besarkan, ia kobar-kobarkan.
Sukarno, betapapun, adalah Bapak Revolusi Indonesia.
Penulis lahir di Amuntai, Kalimantan Selatan, pada 1986. Putera Banjar ini pernah tercatat sebagai Pemimpin Umum Lembaga Pers Mahasiswa EKSPRESI pada 2007. Sejarawan lulusan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini menjadi pengajar di IAIN Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Ia menulis sejumlah buku, dua di antaranya adalah Tahun-tahun yang Menentukan Wajah Timur (Yogyakarta: EA Books, 2019) dan Menyulut Api di Padang Ilalang: Pidato Politik Sukarno di Amuntai, 27 Januari 1953 (Yogyakarta: Tanda Baca, 2021).