Saring Sebelum Sharing

· Bentang Pustaka
4,8
127 ulasan
eBook
344
Halaman
Rating dan ulasan tidak diverifikasi  Pelajari Lebih Lanjut

Tentang eBook ini

Bagaimana memahami Hadis Nabi sesuai konteks kehidupan Rasulullah Saw. dan menjadikannya aplikatif untuk zaman now? Buku ini ditulis oleh akademisi yang memiliki reputasi internasional, tetapi juga dianggap sebagai kiai muda kebanggaan para santri tradisional. Kisah interaksi Nabi dengan para sahabat dan juga dengan kalangan non-Muslim, cara Nabi memutuskan sebuah perkara, hingga dakwah beliau yang terkenal santun—lengkap dibahas dalam buku ini. Dengan merujuk ke literatur keislaman yang otoritatif, Gus Nadir (panggilan akrab Nadirsyah Hosen) mengurai problematika dan kontekstualisasi berbagai kisah Nabi dan riwayat hadis dengan cara yang unik. Kehati-hatian Gus Nadir dalam menjelajah berbagai referensi sungguh menggugah kesadaran kita untuk belajar memilah informasi dengan cara yang sama. 
Melalui buku Saring Sebelum Sharing,  Gus Nadir mengajak kita untuk memahami teks melalui konteks, meninggalkan kebiasaan belajar instan, dan tidak mudah menghakimi yang lain hanya dari sepenggal ayat maupun hadis.

Rating dan ulasan

4,8
127 ulasan
Fanind Jasmine
12 Mei 2019
Sangat menyejukkan membaca buku ini, bahasanya ringan walaupun isinya berat, sehingga mudah difahami awam spt Saya..
7 orang merasa ulasan ini berguna
Apakah konten ini berguna bagi Anda?
Nur Imamah
2 Juni 2019
Buku yg relevan dengan situasi terkini. Karena banyak hoax bertebaran yg harus bisa kita saring sblm sharing, salam hormat Gus nadir.
20 orang merasa ulasan ini berguna
Apakah konten ini berguna bagi Anda?
Fauqi Agbas
8 Juli 2019
Buku yang renyah. Bacalah, maka wawasanmu akan luas dalam memahami agama Islam.
1 orang merasa ulasan ini berguna
Apakah konten ini berguna bagi Anda?

Tentang pengarang

NADIRSYAH HOSEN, yang lahir pada 8 Desember 1973, adalah Rais Syuriah PCI (Pengurus Cabang Istimewa) Nahdlatul Ulama (NU) di Australia dan New Zealand. Menempuh pendidikan formal dalam dua bidang yang berbeda, Ilmu Syari’ah dan Ilmu Hukum, sejak S-1, S-2, dan S-3. Pemegang dua gelar Ph.D. ini memilih berkiprah di Australia hingga meraih posisi Associate Professor di Fakultas Hukum, University of Wollongong. Namun kemudian, dia “dibajak” untuk pindah ke Monash University pada 2015. Monash Law School adalah salah satu Fakultas Hukum terbaik di dunia. Baru setahun pindah ke Monash, beliau sudah diminta mengurusi Monash Malaysia Law Program—sebuah program unggulan melibatkan mahasiswa dari Australia, Kanada, Belanda, Jerman, dan Prancis. Di Kampus Monash, beliau mengajar Hukum Tata Negara Australia, Pengantar Hukum Islam, dan Hukum Asia Tenggara. 
Gus Nadir, begitu warga NU biasa menyapanya, adalah putra bungsu dari almarhum Prof. K.H. Ibrahim Hosen, seorang ulama besar ahli fikih dan fatwa yang juga pendiri dan Rektor Pertama Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) dan Institut Ilmu Al-Quran (IIQ), dan 20 tahun menjadi Ketua MUI/Ketua Komisi Fatwa (1980—2000). Dari abahnya inilah Gus Nadir belajar mengenai ilmu tafsir, fikih, dan Ushul Al-Fiqh. Dari jalur abahnya pula dia memiliki sanad keilmuan melalui Buntet Pesantren. Gus Nadir juga belajar Ushul Al-Fiqh kepada almarhum K.H. Makki Rafi’i yang pada masa pensiunnya menetap kembali di Cirebon. Gus Nadir juga belajar bahasa Arab dan ilmu hadis kepada almarhum Prof. Dr. K.H. Ali Musthafa Ya’qub. Kiai Makki dan Kiai Ali Musthafa merupakan alumni dari Pesantren Tebuireng maka sanad Gus Nadir baik dari jalur Buntet maupun Tebuireng menyambung sampai ke Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari (Allah yarham). 
Pada 2012, saat sabbatical leave dari kampus tempat dia bekerja, Gus Nadir memilih meneruskan studinya di Mesir, sambil berziarah ke makam para awliya. Walhasil, latar belakang pendidikan formal dan nonformal Gus Nadir membawanya ke dalam posisi yang unik. Kajian klasik-modern, timur-barat, hukum Islam-hukum umum dikuasainya. Menjadi dosen di kampus kelas dunia, tetapi juga ikut mengasuh Ma’had Aly Pesantren Raudhatul Muhibbin di Caringin, Bogor pimpinan Dr. K.H. Luqman Hakim, diundang sebagai pembicara di berbagai seminar internasional, juga rutin setiap bulan mengurusi majelis khataman Al-Quran. Tak heran jika dia menjadi orang Indonesia pertama dan satu-satunya yang diangkat sebagai dosen tetap di Fakultas Hukum, Australia. 
Pergaulannya luas, akrab dengan para profesor kelas dunia, begitu juga dengan para gus dan kiai pondok pesantren di Tanah Air. Hal ini karena pembawaan Gus Nadir sendiri yang ramah, humoris, santun, dan santai. Dia pun selalu mengenang pesan ibunya, “Tetap sederhana, Nak!”

Beri rating eBook ini

Sampaikan pendapat Anda.

Informasi bacaan

Smartphone dan tablet
Instal aplikasi Google Play Buku untuk Android dan iPad/iPhone. Aplikasi akan disinkronkan secara otomatis dengan akun Anda dan dapat diakses secara online maupun offline di mana saja.
Laptop dan komputer
Anda dapat mendengarkan buku audio yang dibeli di Google Play menggunakan browser web komputer.
eReader dan perangkat lainnya
Untuk membaca di perangkat e-ink seperti Kobo eReaders, Anda perlu mendownload file dan mentransfernya ke perangkat Anda. Ikuti petunjuk Pusat bantuan yang mendetail untuk mentransfer file ke eReaders yang didukung.