Oleh karena itu, Allah Swt. selalu membuka pintu taubat bagi hamba-hamba-Nya yang merindukan jalan kebenaran. Meski hamba tersebut melakukan dosa besar sekalipun, Tuhan akan tetap mengampuni. Syaratnya, taubat tersebut dilakukan dengan tulus, dan jujur (nasuha). Tanpa ketulusan dan kejujuran, taubatnya hanya menjadi “pemanis bibir”, serta sekadar kapok lombok; tiada arti.
Buku ini menghadirkan kisah-kisah mengenai para pelaku taubat nasuha. Dosa yang mereka lakukan pun beragam, mulai dosa kecil hingga besar. Bahkan, ada kesalahan yang bagi kita, mungkin, sangat sepele, tetapi menurut sang pelaku perbuatan itu mengganggu ketenangan batinnya. Kisah-kisah tersebut, antara lain:
1. Taubatnya Fudhail bin Iyadh, begal yang jadi ulama sufi
2. Taubatnya Malik bin Dinar, seorang polisi yang gemar meminum minuman keras
3. Taubatnya Dawud ath-Tha’i; preman pasar yang jadi ulama sufi
4. Taubatnya seorang ayah, berkat anaknya yang tunawicara
5. Taubatnya seorang artis
Nah, apa saja kesalahan mereka? Bagaimana mereka menemukan jalan “pulang”? Upaya-upaya apa saja yang mereka tempuh untuk tidak terjerumus lagi ke lembah kelam? Simak kisah mereka di dalam buku ini, dan temukan hikmahnya.
Selamat membaca.