Pribadi dan Martabat Buya Hamka

· Noura Books
4.8
리뷰 44개
eBook
404
페이지
검증되지 않은 평점과 리뷰입니다.  자세히 알아보기

eBook 정보

Sikap Buya Hamka dalam Konferensi Islam Sedunia di Makkah pada 1975 barangkali merupakan teladan yang sangat relevan di masa hiruk pikuk sekarang ini. Pada waktu itu, Wakil Sekjen Konferensi Islam Syaikh Safwad Sakka termakan fitnah dan percaya bahwa Hamka aktif membantu Kristenisasi. Yang menarik adalah kekuatan Hamka mengendalikan diri dan perasaaannya—meski sekali pun tak diberi kesempatan berbicara dalam konferensi itu, beliau hanya diam dan tenang mengikuti konferensi hingga selesai. 

Rusydi Hamka—putra kedua yang sering mendampingi Hamka dalam banyak peristiwa—memaparkan kisah tersebut dalam buku ini, bersama kisah-kisah inspiratif lain dalam kehidupan ulama legendaris Indonesia itu.

Dalam buku ini, kita juga mendapat gambaran sosok Hamka sebagai ulama yang benar-benar hidup di tengah umat. Hampir setiap hari berbondong tamu datang ke rumah Hamka hingga antreannya “seperti  di Puskesmas”. Mereka datang untuk berbagai keperluan, termasuk meminta nasihat urusan pribadi dan rumah tangga. Semua diterima Hamka dengan baik dan tanpa memungut bayaran, “Ini harus kita lakukan lillahi ta'ala—karena Allah semata,” demikian Hamka menekankan.

Rusydi juga mengungkapkan kemahiran Hamka membagi waktu di antara berbagai kesibukannya—mengarang, berkhutbah dan berceramah, memberi kuliah Shubuh, memberikan konsultasi kepada umat, dan membaca. 

Menggambarkan pengalaman dan watak Hamka secara detail, buku ini secara utuh menampilkan Hamka sebagai sosok ulama dan seorang ayah yang patut kita teladani.

평점 및 리뷰

4.8
리뷰 44개

저자 정보

RUSYDI HAMKA, lahir di Padang Panjang 7 September 1935. Tahun itu juga bersama abangnya, Zaky dibawa Ayah-Bunda pindah ke Medan. 

Selagi masih SD di HIS Muhammadiyah, dia mengaji sore di Maktabah Islamiyah Jami‘atul Wasliyah di Medan selama dua tahun. 

Pada 1945, pindah kembali ke Padang Panjang dan menamatkan SD Muhammadiyah. 

Ketika Agresi Belanda Kedua tahun 1948, dia dibawa ayahnya bergerilya, atau tepatnya memberikan penerangan kepada rakyat di daerah-daerah pedalaman yang masih dikuasai Republik, kemudian masuk sekolah Tsanawiyah di Lubuk Basung. 

Awal 1950, dia pindah ke Jakarta dan meneruskan sekolah di SMP dan SMA Muhammadiyah di Yogyakarta. Pada 1957 masuk Fakultas Sastra, Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Indonesia, selama dua tahun. Kemudian pindah studi pada Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta, sampai tingkat sarjana muda.

Pada 1959, bekerja pada Majalah Panji Masyarakat yang dipimpin oleh Almarhum Buya Hamka dan Almarhum K.H. Fakih Usman, sampai majalah itu diberedel pada 17 Agustus 1960.

Pada 1962, menjadi Sekretaris Redaksi Majalah Gema Islam yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Sudirman, sampai majalah itu berhenti terbit 1967. Pada tahun ini pula, menjadi Pemimpin Redaksi harian Mercu Suar, yang diterbitkan oleh PP Muhammadiyah.

Setelah Majalah Panji Masyarakat mendapat izin kembali untuk diterbitkan oleh Orde Baru, Almarhum Buya Hamka mempercayakan kepemimpinan penerbitan majalah itu, baik redaksional maupun manajemennya, sampai majalah itu berkembang.

Dalam berorganisasi, pada 1962, dia aktif dalam Pemuda Muhammadiyah sejak dari tingkat cabang Kebayoran, wilayah Jakarta dan Pusat Pemimpin Pemuda Muhammadiyah, sampai 1974. Di samping menjadi Ketua Muhammadiyah Cabang Tebet dan Pengurus Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, dia turut sebagai Anggota Pengurus Besar Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) periode 1964-1965.

Beberapa kali melawat keluar negeri melakukan tugas jurnalistik dan menghadiri konferensi-konferensi Islam internasional. Antara lain ke negara-negara ASEAN (Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina).

Diundang oleh Kementerian Luar Negeri Jepang meninjau objek-objek pendidikan pemuda dan perkembangan Islam di Jepang.

Ke beberapa negara Timur Tengah, Saudi Arabia, Irak, Iran, dan Mesir, baik menyertai Almarhum Buya Hamka, maupun memenuhi undangan-undangan lain. Menghadiri Muktamar Alam Islamy bersama Mohammad Natsir di Cyprus dan berkunjung ke Turki. Melakukan studi Jurnalistik pada penerbitan penerbitan pers di Jerman Barat atas undangan Kementerian Luar Negeri Republik Federasi Jerman, dan mengunjungi beberapa negara Eropa Barat lainnya.

Rusydi bertindak juga sebagai Pemimpin Redaksi Panji Masyarakat, pengasuh rubrik tetap “Berita dan Komentar”, serta menggantikan Almarhum Buya Hamka mengisi rubric “Dari Hati ke Hati”, baik selagi Almarhum masih hidup, maupun setelah wafatnya. Editor buku Kebangkitan Islam dan pendiri perpustakaan Masjid Agung Al-Azhar.

이 eBook 평가

의견을 알려주세요.

읽기 정보

스마트폰 및 태블릿
AndroidiPad/iPhoneGoogle Play 북 앱을 설치하세요. 계정과 자동으로 동기화되어 어디서나 온라인 또는 오프라인으로 책을 읽을 수 있습니다.
노트북 및 컴퓨터
컴퓨터의 웹브라우저를 사용하여 Google Play에서 구매한 오디오북을 들을 수 있습니다.
eReader 및 기타 기기
Kobo eReader 등의 eBook 리더기에서 읽으려면 파일을 다운로드하여 기기로 전송해야 합니다. 지원되는 eBook 리더기로 파일을 전송하려면 고객센터에서 자세한 안내를 따르세요.