memandangi kertas yang diselipkan di dalam kantong
kresek hitam bersama dengan sebatang besar dark cokelat.
Dia sedang berada di dalam metromini menuju Stasiun
Kereta Pasar Minggu setelah pulang kursus bahasa Inggris,
ketika Hans mengejarnya persis sebelum dia menapakkan kaki
ke dalam angkot dan setengah memaksanya menerima plastik
kresek itu.
Kertas tersebut hanya berupa pertanyaan singkat dengan
tulisan tangan besar-besar yang jauh lebih rapi dari tulisan tangan
Hana. Isinya hanya lima kata, namun cukup membuat jantung
Hana berdetak kencang ketika membacanya.
‘Would you be my girl?’