Zaman tengah menggugat penghuninya. Beragam kemajuan yang tampak adalah kemunduran dalam pandang yang lain. Keselarasan Al-Qur’an dan As-sunnah di setiap waktu dan tempat pun menguji para pemegangnya. “Melepuh!” demikian Sang Baginda Nabi meramalkan nasib genggaman para pengikutnya. Segala narasi tentang zaman bukanlah sebuah pesimisme, ia ada agar kita siaga, senantiasa teringat bahwa dunia bukanlah akhir sebuah kehidupan.
Lalu bagaimana nasib perempuan?
Kemuliaan yang terpancar dari An-nisa’, makhluk yang diwasiatkan pada laki-laki agar senantiasa dinasihati dengan kebaikan. “Ibumu, ibumu, ibumu, ayahmu.” Kemuliaan perempuan meningkat tiga kali lipat tersebab peran besar yang diembannya. Haruskah bergelar ibu terlebih dahulu untuk jadi mulia di akhir zaman? Temukan jawabannya dalam buku ini.