Saya akan meminta perhatian terhadap dua hal mencolok dimana tersebar kesalahan konsepsi yang besar. Pertama adalah kesan umum di antara kaum Muslim maupun non-Muslim bahwa, meskipun pertempuran yang harus dilakukan oleh Nabi Suci itu pembelaan diri dan bukannya menyerang, tetapi peperangan di zaman Khalifah Awal dilakukan tiada lain untuk meluaskan Islam dan wilayah kerajaannya. Dalam sejarah pendek ini saya telah menunjukkan bahwa ini adalah pandangan yang sangat keliru, dan bahwa kaum Muslim tidak pernah menyerbu untuk memaksakan agamanya atau bahkan kekuasaannya kepada kerajaan tetangganya; atau memberi apa yang sering disebut sebagai alternatif untuk memilih: Islam ataukah Jizyah. Pertanyaan ini telah sepenuhnya dibahas dalam kehidupan Abu Bakar dan ‘Umar. Perkara kedua yang mana saya ingin untuk mendapatkan perhatian khusus yakni mengenai kesalahan konsepsi besar yang sama, yakni perpecahan internal di zaman ‘Usman dan ‘Ali. Contoh kebesaran yang ditunjukkan oleh Abu Bakar dan ‘Umar tidak disebutkan lagi dalam riwayat ‘Usman dan ‘Ali; hanya pengungkapannya yang dengan suasana berbeda.
“Ini adalah perjanjian perdamaian dimana ‘Umar, hamba Allah dan Amir orang mukmin, mengadakannya dengan rakyat Yerusalem. Perdamaian yang diadakan dengan mereka menjamin mereka perlindungan terhadap jiwa, properti, gereja, salib, mereka yang menegakkan, memperagakan dan menghormati salib ini. Gereja-gereja mereka tidak boleh dipergunakan sebagai rumah tinggal, atau barang-barangnya di ambil, ataupun mereka dan barang-barang mereka, salib-salib mereka, dan barang-barang milik mereka sama-sekali tidak boleh dirusak. Mereka menjadi subyek yang tidak boleh dipaksa dalam masalah keimanan, apalagi diganggu dengan segala cara.