Hatiku hancur, sulit rasanya menyatukan serpihan Kembali. Air mata terasa ingin runtuh tapi coba kutahan. Bahkan gaun yang menutupi tubuhku tak indah di matanya. Aku bukan istri untuknya, juga bukan ibu untuk anak-anaknya apalagi seorang putri untuk ibunya. Baginya aku tetap pelacur yang hanya diangkat satu derajat.
Perih menahan isak yang sudah membatu di dada. Seharusnya mudah untuk melalui ini, sebab aku terbiasa hidup bebas tanpa orang terkasih. Tapi disakiti olehnya menjadi tak biasa, rapuh dan terinjak-injak.