Bicara sapaan dari Cah-cah sampai Nek Tu
Mengulas makanan dari Breuh bu sampai Sira Dapu
Menjelaskan alat pertanian dari Cangkoi Blang
hingga Peurontok Pade serta Moto Mu Ue
Buku ini membahas berbagai kearifal lokal dalam masyarakat Aceh yang dipengaruhi oleh Islam sebagai agama yang dianut oleh orang Aceh yang 100 persen Islam. Seperti perayaan maulid Nabi Muhammad SAW yang selalu diperingati setiap tahun. Serta dilengkapi dengan syair-syair seperti Dike Aceh, Qasidah, dan syair Aceh lainnya. Sebuah buku yang layak dibaca untuk semua kalangan. Serupa bahasa Indonesia yang mampu mempersatukan nusantara, Bahasa Aceh pun memiliki peranan yang sangat penting dalam komunikasi sesama perkumpulan dalam tatanan masyarakat Aceh yang harmonis. Kiranya Bahasa Aceh perlu dilestarikan dan diperkenalkan kepada masyarakat luas.
Sesuatu yang memprihatikan jika hari ini ada anak-anak Aceh yang tidak mampu lagi berbahasa Aceh. Baik dari segi menulis maupun membaca Bahasa Aceh telah menjadi suatu hal yang sukar dilakukan bagi kalangan orang Aceh sendiri saat ini. Hal ini dikhawatirkan akan membawa dampak kepada kehilangan identitas pribadi bagi orang Aceh.
Selain itu dalam buku yang terbilang unik ini dilengkapi dengan teori-teori mengenai Bahasa Aceh dari pelajaran 1 samapai 11. Yang berisikan ungkapan utama dalam Bahasa Aceh, kata sapaan, kekerabatan, istilah kata sukar hewan dan tumbuhan, unsur serapan asing sampai dialek Bahasa Aceh. Jika dibaca dari pelajaran 1 sampai 11 buku ini akan didapati bagian-bagian yang mirip dengan Kamus Bahasa Aceh.
Sedangkan pelajaran 12 samapi 20 buku ini sengaja langsung ditulis dalam Bahasa Aceh. Antara lain seperti pelajaran Jak Beut U Dayah (Pergi Mengaji ke Pesantren), Jak Dengo Dakwah (Pergi Mendengar Ceramah), Uroe Raya (Hari Raya) dll. Cerita-cerita dalam buku ini mirip cerita pendek (cerpen) dalam sastra Indonesia. Dalam buku ini kisah-kisah tersebut diberi nama oleh penulis ceurita paneuk (cerpan). Sebuah buku kearifan lokal masyarakat Acek yang patut menjadi koleksi pembaca di seluruh nusantara. Juga dilengkapi dengan istilah kata sukar serta berisikan soal-soal. Sangat cocok untuk pelajaran kurikulum muatan lokal di sekolah.
Buku ini juga berisikan alat-alat teknik, elektronik, sarana transportasi, dan alat-alat kantor dalam Bahasa Aceh. Selamat membaca. Orang pintar menghargai bahasa dan budaya nenek moyang yang mengandung kearifan lokal serupa Bahasa Aceh.
.
Bahasa INDATU
Nenek Moyang Ureueng Aceh
Penulis:
Hamdani Mulya, S.Pd
Razali Abdullah
Editor:
Tim AfkariBook.Com
Desain Cover & Layout
Musthafa.Net & Mahfudh
ISBN 978-602-70902-1-7
Diterbitkan oleh:
AFKARI Publishing
Ceurih, Ulee Kareng Kota Banda Aceh,
E-mail: [email protected]
Mobile Phone 085277713679
www.afkaribook.com
Ukuran: A5 14,8 x 21 cm
Halaman: xvi + 244 hlm
Hamdani, S.Pd. dengan nama pena Hamdani Mulya. Lahir di Paya Bili, Kec. Meurah Mulia, Kab. Aceh Utara, pada 10 Mai 1979 dari pasangan Tgk. Ibrahim Pmtoh dengan Ummi Manauwiah. Memulai Pendidikan pertama di SD Negeri Paya Bili (selesai tahun 1992), SMP Negeri Meurah Mulia (tahun 1995), SMA Negeri Samudera Geudong (tahun 1998). Alumni Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) tahun 2003. Menulis puisi dan artikel pendidikan di beberapa majalah dan surat kabar. Karya Hamdani Mulya dipublikasikan di harian Serambi Indonesia, Kutaradja, Waspada, Haba Rakyat, Majalah Fakta, Santunan Jadid, Seumangat BRR, Al- Huda, dan di beberapa website (blog) internet seperti: http://hamdanimulya.blogspot.
Puisinya juga terkumpul bersama penyair Aceh lainnya dalam antologi puisi Dalam Beku Waktu tahun 2003. Pak Hamdani, panggilan akrab penulis kota Belahan Sungai Lhokseumawe ini adalah mantan wartawan surat kabar mingguan Haba Rakyat (tahun 2008). Sejak tahun 2006 sampai sekarang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan bertugas sebagai guru Bahasa Indonesia di MAN kota Lhokseumawe. Mulai tahun 2004 sampai tahun 2011 mengasuh mata kuliah yang sama di STAIN Malikussaleh berstatus sebagai dosen luar biasa. Buah pikirannya tentang sastra, bahasa, dan pendidikan juga menjadi bahan rujukan skripsi mahasiswa STAIN.
Pada tahun 2005 Hamdani Mulya diundang oleh Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas, untuk ikut serta dalam seminar nasional guru seluruh Indonesia di Bogor. Karena cerpennya yang berjudul “Nahkoda Pelabuhan Air Mata” masuk dalam finalis lomba mengarang cerpen tingkat nasional. Di ajang inilah ia berguru dan belajar menulis puisi beberapa saat kepada sastrawan nasional Taufiq Ismail dan Sutardji Calzoum Bachri “Presiden Penyair” Indonesia.
Hamdani Mulya juga telah membacakan puisi yang ditulisnya di beberapa kota seperti Lhokseumawe, Sigli, Banda Aceh, dan Medan. Kumpulan puisinya yang berjudul “Mengeja Alamat” dibacakan di radio Multi Suara FM, Lhokseumawe. Di samping menjadi dosen dan guru kadang-kadang juga menjadi juri lomba menulis puisi dan cerpen tingkat siswa di Lhokseumawe. Hamdani adalah Penulis buku Cerdas Berbahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Unimal Press Lhokseumawe tahun 2011.