Merasa sudah memiliki segalanya, Gisa punya goal terakhir: menikah muda. Ia serahkan urusan memilih jodoh pada Bara papanya. Agisa tahu, di kepala Bara ada satu kandidat terbaik—kandidat yang sebenarnya sudah Gisa pilih sejak jauh-jauh hari: Ragadi Tungga Putra.
Gadi mungkin datang dari keluarga sederhana. Si Yatim bertampang biasa. Tapi berkarakter lemah lembut, istimewa, tanggung jawab. Lengkap dengan kisah hidup luar biasa.
Agisa jatuh cinta. Gadi pun sebaliknya. Mereka menikah. Namun, selalu ada kata 'tapi' di ujung deskripsi sempurna. Seperti Gadi yang belakangan Agisa tahu hanya seperti Marrionette alias boneka benang: baru bergerak ketika digerakkan.
Apakah Gisa bisa bertahan? Dengan laki-laki yang bahkan tak mampu membuat keputusan?