Tantangan Indonesia bukan semata mengejar pertumbuhan ekonomi saja. Namun bagaimana agar manusia Indonesia bisa terdidik, tercerdaskan, dan tercerahkan. Untuk mencapai hal itu, kestabilan menjadi sebuah elemen penting yang harus dijaga. Darmin Nasution mampu merajut berbagai kebijakan tersebut dalam sebuah mozaik kebangsaan yang menarik. Selama menjabat Gubernus Bank Indonesia. Ia memprioritaskan kebijakannya pada upaya mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia. Itu jalan yang sering sunyi, sering dikritik, dan ketidakpopuleran di sana. Tapi di balik itu semua, ada kemampuan melihat masalah dalam perspektif jangka pendek bangsa dan pemimpin institusi penting negeri ini. Darmin Nasution telah melakukannya. Salut."
- Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina
"Saya mengenal Darmin Nasution sejak tahun 1970-an, ketika masih mahasiswa dan sama-sama sebagai aktivis. Kala itu kita memperjuangkan isu strategi pembangunan. Di mata saya, DArmin adalah ekonom yang sejak dulu percaya bahwa strategi pembangunan yang semata-mata mengejar pertumbuhan tidak akan sustainable. Begitu juga dengan masalah perbankan. Akses ke perbankan harusnya untuk seluruh rakyat, tapi ternyata hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang. Kini, kita masih menghadapi masalah yang sama. Saya percaya, Darmin sebagai pejuang yang jujur, sederhana, dan berani mengambil keputusan, adalah sosok yang pas berada pada posisi Gubernur Bank Indonesia. Ia masih memegang semangat yang sama. Bahwa ekonomi dan perbankan itu, bukan hanya untuk segelintir orang (kaya), tapi juga untuk semua orang. Namun, ternyata ada yang tidak sepaham dengan itu. Dan sayangnya, jabatannya sebagai Gubernur Bank Indonesia harus berakhir."
- Hariman Siregar, Tokoh Pergerakan Mahasiswa Tahun 1970-an
Pertengahan tahun 2009, suasana politik di INdonesia menghangat. Ketika itu, perhatian rakyat terpusat pada pelaksanaan pemilihan umum yang memunculkan sejumlah calon pemimpin dalam bursa capres-cawapres. Dan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai capres incumbent, mencalonkan diri untuk kedua kali. Ia menggandeng Gubernur bank Indonesia, Boediono, untuk menjadi menjadi calon wakil presiden.
Di tengah kegelisahan yang merambat naik, Boediono menelepon Darmin Nasution yang saat itu menjabat sebagai Dirjen Pajak. Boediono mengatakan bahwa Presiden memutuskan untuk mencalonkan Darmin Nasution sebagai Deputi Gubernur Senior (DGS) di Bank Indonesia. Presiden mencalonkan Darmin Nasution sebagai DGS di Bank Indonesia yang kemudian mengantarnya menjadi Gubernur Bank Indonesia. Kejadian itu terjadi pada akhir Maret, sore hari. Usai menutup telepon, sosok yang akrab disapa Pak Darmin ini termenung. Meski dikenal memiliki rekam jejak yang sangat meyakinkan, dalam batinnya terselip kekhawatiran. Akankah dirinya mampu sebagai "orang fiskal dan sektor riil" yang masuk ke sarang "orang moneter"?
Berita sore itu menjadi awal kisah menarik sekaligus perjalanan penuh tantangan yang dialami Pak Darmin sebagai pemegang tongkat penentu kebijakan moneter Indonesia.
Buku terbitan GalangPress (Galangpress Group).
Životopisy a paměti
Hodnocení a recenze
3,8
6 recenzí
5
4
3
2
1
Ohodnotit e‑knihu
Sdělte nám, co si myslíte.
Informace o čtení
Telefony a tablety
Nainstalujte si aplikaci Knihy Google Play pro Android a iPad/iPhone. Aplikace se automaticky synchronizuje s vaším účtem a umožní vám číst v režimu online nebo offline, ať jste kdekoliv.
Notebooky a počítače
Audioknihy zakoupené na Google Play můžete poslouchat pomocí webového prohlížeče v počítači.
Čtečky a další zařízení
Pokud chcete číst knihy ve čtečkách elektronických knih, jako např. Kobo, je třeba soubor stáhnout a přenést do zařízení. Při přenášení souborů do podporovaných čteček elektronických knih postupujte podle podrobných pokynů v centru nápovědy.