Sebelum direvolusi oleh Ignatius Jonan, kondisi KRL Jabodetabek tidak ada bedanya dengan kondisi kereta api di India atau Bangladesh. Penumpang berdesakan, naik di atap, gelantungan di pintu, pedagang bebas, keluar masuk stasiun seenaknya, dan banyak lagi cerita lainnya. Bagi para penumpang KRL, cerita-cerita itu memprihatinkan sekaligus bikin rindu. Hanya asyik untuk diceritakan tapi tidak untuk dialami kembali. Jonan berhasil mengubah wajah KRL, sehingga cerita-cerita seru itu tinggallah menjadi sekadar nostalgia.