Ribuan buku lawas hidup bersamaku tanpa pernah ada benci “keterlaluan” dan sengketa “picisan”. Aku ingin buku-buku itu terus ada dan terwariskan ke anak-cucu. Perbuatan menulis “catatan” juga memuat pamrih kecil agar pahala para penulis di masa lalu tak terputus. Peristiwa membeli dan membaca buku lawas mirip “pembuktian” berselera wagu. Begitu.
Bandung Mawardi