“Tapi—”
Adrenalin Polly Burton selalu naik tiap bertemu si lelaki tua di sudut kafe, semenjak tahu bahwa laki-laki itu, meskipun tidak ber-tampang rupawan, tetapi memiliki kecerdasan analisis luar biasa melebihi detektif di kepolisian. Ketika polisi kerap kali salah arah saat melakukan investigasi sehingga salah pula menyeret orang ke persidangan, lelaki itu justru tahu pasti bagaimana sebenarnya sebuah kejahatan dilakukan.
Bersama lelaki inilah, Polly menghabiskan waktu menanyakan perihal kejelasan berbagai kasus sensasional hingga kadang tan-pa sadar dia sudah ditinggalkan begitu saja dengan sehelai be-nang di atas meja, sebagai tanda penutup pertemuan mereka.
Dan, Polly tidak pernah tahu siapa nama lelaki di sudut kafe itu.