"Aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?"
Zeline Auristela merasa terkejut saat Bryan Matteo mengungkapkan perasaan kepadanya. Dengan pandangan bingung bercampur tidak percaya, ia menatap laki-laki itu. Bagaimana mungkin seorang Bryan yang tak lain adalah anak bos di tempatnya bekerja bisa berkata suka kepadanya? Padahal di sekitar laki-laki itu banyak wanita yang lebih cantik daripada Zeline.
Bryan Matteo merupakan anak dari seorang produser sekaligus pemilik tunggal industri perfilman. Sementara Zeline hanyalah aktris pendatang yang baru bergabung di industri itu. Meski pendatang baru, tetapi bakat dan kecantikan yang Zeline miliki sudah berhasil membuat perhatian tertuju padanya.
"Aku nggak pantes buat kamu," jawab Zeline setelah terdiam beberapa saat. Menurutnya, Bryan pemuda yang tampan, perangai lelaki itu pun cukup bagus, apalagi ia berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Siapa yang tidak mau menjadi pacarnya? Namun, Zeline tak bisa menerimanya sebab merasa dirinya tidak sepadan dengan Bryan.
"Kenapa?" tanya Bryan meminta penjelasan. Pertemuan dan perkenalan mereka memang cukup singkat. Tetapi ia merasa kalau Zeline adalah wanita yang tepat untuknya.
"Kamu terlalu baik buat aku."
Bryan tersenyum kecil ketika mendengarnya. Ia merasa jika perkataan Zeline itu hanyalah alasan untuk menolaknya. "Aku nggak sebaik itu, Zel. Aku juga punya banyak kekurangan." Bryan meraih pergelangan tangan Zeline dan menggenggamnya lembut. Tetapi Zeline sigap menepis dan melepaskan genggaman itu.
"Maaf. Aku beneran nggak bisa," tolak Zeline tetap pada pendiriannya.
"Tapi kenapa?" Bryan bertanya untuk kedua kalinya. Ia benar-benar tidak akan percaya dengan alasan kamu terlalu baik "Apa kamu nggak pengen pacaran? Nggak masalah kalo kamu pengennya kita langsung nikah."
Zeline menggelengkan kepalanya. Ia mencoba menatap mata Bryan berharap lelaki itu bisa mengerti. Akan tetapi, ternyata Bryan malah kembali bertanya kepadanya.
"Kamu nggak suka sama aku?"
Selama ini Bryan selalu percaya diri. Tetapi penolakan yang ia terima dari Zeline sukses meruntuhkan kepercayaan dirinya. Ternyata Zeline menjawab pertanyaannya tadi dengan anggukan kepala yang artinya wanita itu tak menyukainya.
"Maaf," lirih Zeline yang lantas berlalu pergi dari hadapan Bryan dan meninggalkan ruang make up tersebut.
Setelah kepergian Zeline, Bryan mengepalkan tangannya karena merasa tidak terima telah ditolak. Tadinya Bryan sempat berpikir kalau Zeline pasti akan menerimanya. Sebab Bryan merasa kalau Zeline sepertinya juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Akan tetapi, ternyata ia telah salah menduga. Rasa kesal, marah dan tidak terima bercampur menjadi satu dan membuat mood Bryan memburuk.
"Apa pun caranya, aku harus dapetin kamu!" tekad Bryan. Lelaki itu merogoh ponsel dari saku celananya dan menghubungi seseorang.