-> -> bit.ly/andini-citras <- <-
*
Keunggulan Ebook ini:
- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab
- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia
- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar
- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera
- Bisa ganti jenis font
- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam
Daftar Isi
Berawal dari Curhat Berakhir Nikmat—1
*
Sinopsis
Kepergian Lia berwisata sendirian karena kekesalan terhadap pacarnya yang terlalu sibuk dengan pekerjaan. Beruntung ia disana mendapatkan seorang pria warga setempat bernama Adietya. Bersama lelaki itu, gadis manis berambut ikal diajak mengeksplorasi keindahan pantai setempat. Pertemuan yang intens dan pembicaraan yang seru membuat mereka kian akrab, dan Lia pun menceritakan kekesalan hati tentang perlakuan kekasihnya. Entah siapa yang memulai, tubuh mereka yang kian rapat akhirnya saling peluk, cium dan bercumbu.
*
Pratinjau
Kisahku ini berawal dari kenangan bersama seorang gadis yang bernama Lia, yang berusia 23 tahun dan berstatus sebagai seorang mahasiswi dari sebuah perguruan tinggi di Jakarta.
Saat itu Lia sedang mengadakan liburan di sebuah tempat pariwisata yang terkenal dengan wisata pegunungan dan pantainya di sebelah timur pulau Bali, tanpa sengaja bertemu dengan diriku yang menjadi seorang pemain musik di Cafe.
Pertemuan itu sendiri terjadi di warnet, yang kebetulan saat itu aku sedang mengetik beberapa lagu-lagu karanganku sendiri yang sengaja aku simpan di folder dropboxku.
Lia saat itu sedang mencari informasi tentang tujuan wisata yang ada di daerah itu, namun sampai beberapa saat sepertinya Lia tidak menemukan apa yang dia cari. Dengan sangat sopan dan ramah Lia memulai percakapan dengan menanyakan tempat-tempat yang bagus buat di kunjungi ke padaku.
“Maaf apakah Anda tahu tempat-tempat wisata unggulan daerah ini?” tanya Lia tiba-tiba.
Aku yang saat itu duduk berjarak 2 meja darinya terkejut dengan pertanyaan spontan itu.
“Anda bertanya kepada aku?” tanyaku kemudian.
“Iya, maaf kalau mengejutkan anda!” Ujarnya kemudian.
Dengan sedikit gugup, kemudian aku menjawab pertanyaan Lia, karena saat itu juga aku masih serius dengan file-file aku.
“Di daerah ini yang menjadi primadona wisatanya adalah pegunungannya, kedua wisata pantai yang menawarkan pemandangan bawah air yang terkenal dengan karang birunya, setelah itu wisata budaya yang menampilkan objek rumah adat daerah ini,” terangku kemudian.
Setelah menjelaskan panjang lebar dan mungkin karena penjelasanku cukup menarik buat Lia, dengan raut muka yang ramah, kemudian dia duduk di sebelah mejaku dan tanpa disengaja juga dia telah memandangi monitor di depanku yang saat itu terpampang file dari lirik lagu-lagu karanganku yang saat itu sedang aku print.
“Kamu mengarang lagu sendiri yah?” tanya Lia lagi.
“Iya, kebetulan aku pemain musik di Cafe dan suka menulis lirik lagu,” terangku lagi.
“Boleh aku baca lirik lagu-lagu kamu?” sahut Lia kemudian.
“Silakan, dengan senang hati,” lanjutku dengan menarik kursi di sebelahku dan menyodorkan kepada Lia, yang saat itu sedang berdiri di sampingku.
Setelah beberapa saat Lia membaca semua lirik lagu-lagu aku dengan serius, tak lama Lia berkata,
“Kamu menulis kisah pribadi kamu menjadi lirik lagu yah?” tanya Lia lagi. Yang kemudian aku timpali dengan tersenyum kepada Lia.
“Semua lirik lagu-laguku memang dari pengalaman pribadi, karena aku ingin apa yang menjadi kisah hidupku bisa tertuang dalam bentuk sebuah seni dan akan menjadi kenangan yang sangat berharga bagiku nantinya,” jelasku lebih jauh.
“Oh iya, kita sudah lama mengobrol nih tapi belum mengenal nama masing-masing di antara kita” sahut Lia spontan. Lia mengawalinya dengan menyodorkan tangannya..
“Lia..” ujarnya pendek. Yang kemudian giliran aku untuk melakukan hal yang sama.
“Adietya,” sahutku juga.
Dari perkenalan yang singkat itu, kami sudah saling akrab seperti layaknya teman lama. Saat itu juga dia memutuskan pergi besok paginya untuk mengisi acara liburannya dengan snorkeling di sebuah pulau kecil yang sepi dan berpasir putih dan memintaku untuk menemaninya.
Waktu menunjukkan pukul 08.00 WITA, sesuai janjiku dengan Lia. Aku sudah berdiri di depan kamarnya dan kemudian aku mengetuk pintunya. Tak lama ada sahutan dari dalam.
“Pagi Adiet.. Tunggu bentar yah, aku sudah siap kok,” Dalam hitungan menit Lia sudah keluar dari kamarnya.
“Ayo kita berangkat!” katanya kemudian.
Dengan berjalan menyusuri pantai kita menuju ke perahu motor yang sudah aku pesan semalam. Sebelum naik ke atas perahu motor, aku mengambil peralatan snorkeling untuk kita berdua berupa dua pasang masker berikut finnya. Dalam perjalanan menuju pulau kecil yang hanya membutuhkan waktu 45 menit, aku menjelaskan pemandangan sekitar kita saat itu. Di samping kiri ada pemandangan Gunung Agung dari kejauhan, namun cukup jelas karena cuaca begitu bagus pagi itu.
Sesampainya di tujuan aku dan Lia turun dari perahu motor dan kita lanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri hamparan pasir putih. Aku sudah membuka kaos saat di perahu motor tadi, dan hanya mengenakan celana renang ketika menuju lokasi snorkeling. Tak lama setelah sampai di bawah rindangnya pohon cemara, Lia membuka kaosnya dan terpampanglah suatu pemandangan yang membuat jantungku berdetak sesaat.
Saat itu Lia mengenakan bikini warna biru tua yang kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus. Mataku tertuju di tonjolan dadanya yang aku perkirakan berukuran 36b. Kemudian pandanganku beralih kebawah menuju pahanya yang mulus di topang oleh sepasang kaki jenjangnya, menjadikan pesona tubuh Lia semakin sempurna. Aku hanya bisa menelan ludah saat itu dan berhayal seandainya bisa memeluk tubuh yang seksi itu betapa beruntungnya diriku.
“Hai.. Kenapa melamun?” tegurnya mengejutkanku.
----------