Seperti itulah isu miring yang dikaitkan dengan sosok presiden incumbent kita, Ir. H. Joko Widodo, atau yang lebih beken dengan sebutan “Jokowi”.
Segala kontroversi, ujaran kebencian, berita bohong, selalu disematkan kepada mantan wali kota Solo yang berhasil membangun proyek infrastruktur dalam masa kepemimpinan satu periode ini. Terkadang Jokowi marah, hingga memunculkan istilah “politikus sontoloyo dan genderuwo”. Namun, Jokowi lebih banyak diam tak menanggapi isu-isu negative yang kerap menyerang dirinya. Baginya yang terpenting adalah Kerja, Kerja, Kerja! Bukan nyinyir maupun pesimis pada proses kemajuan bangsa.
Alfi Arifian. Pria berdarah Minang yang numpang lahir di Kebumen ini memiliki minat cukup besar pada kajian sosial, politik, sejarah, budaya, dan lintas agama. Tulisannya sering menghiasi koran lokal seputar isu sosialbudaya. Begitupun dengan karya j u r n a l n y a . Buku yang sudah ia hasilkan antara lain: SejarahDunia Abad Pertengahan 500-1400 M: Dari Pemberontakan Odoacer Hingga Runtuhnya Sintesis Thomisme (Sociality, 2017), dan The Chronicles of The Great War: Kronik Perang Dunia I 1914-1918 (Sociality, 2017).
Penulis mengisi aktivitas keseharian dengan menulis-karena ia memang tak bisa lepas dari buku-serta menyunting naskah di sebuah penerbitan di Kota Gudeg, Jogja. Baginya, menulis 182 Jokowi Menjawab seperti menyelami lautan ilmu. Dari menulis, minimal ada dua aktivitas: membaca sumber referensi serta menuangkannya untuk diolah menjadi pengetahuan baru.
Ia mengagumi kutipan Bung Pram, yang tertuang dalam Rumah Kaca (1988): “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Untuk berhubungan dengan penulis, sila berkorespondensi melalui:
Surel: [email protected]