Tubuh Wulan yang saat itu berbalut kebaya mendadak tak berdaya. Saat dia tahu aku sudah berdua. Di depanku. Dia memilih mengalah. Berlari di tengah malam gulita. Tanpa izin dari aku yang baru saja menjadi suaminya.
Aku yang semestinya senang karena kepergiannya. Mendadak tak tenang saat melihatnya diam-diam menyelinap pergi di malam pertama. Tak sanggup aku melihatnya. Dia Wulan, teman bermainku waktu kecil. Sejak kulitnya hitam sampai perlahan menjadi putih, dia tidak pernah berubah. Tidak jauh dari tepi Telaga Sarangan dia pernah berkata saat usianya masih belia, "Jika aku besar aku mau menikah dengan Mas Aryan!โ Aku tersenyum sambil mengangguk-angguk.Tak kuduga, keinginan itu dia simpan sampai ia beranjak besar. Sayang, impiannya hancur karena ulahku.