Kisah ini berpusat pada konflik di Kesultanan Demak, di mana ambisi pribadi, pengkhianatan, dan kehormatan sering kali bertabrakan, membentuk alur takdir yang kelam. Tokoh-tokoh dalam novel ini, seperti Adipati Kudus, Raden Patah, Raden Trenggana, Arya Penangsang, hingga Hadiwijaya, merupakan bagian dari dinamika kekuasaan yang turut membentuk sejarah Nusantara.
Melalui pengisahan yang berusaha sejujur dan sedetail mungkin, kami mengajak pembaca untuk memahami bahwa sejarah bukan sekadar hitam dan putih. Ada banyak warna dalam setiap pilihan dan tindakan tokoh-tokoh ini—cinta, dendam, dan harapan tersembunyi di balik topeng kekuasaan dan perjuangan. Mereka bukan sekadar nama dalam buku sejarah; mereka adalah manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Kami berharap, novel ini dapat menginspirasi pembaca untuk melihat sejarah dengan cara pandang yang lebih luas dan memahami bahwa pelajaran dari masa lalu adalah cerminan bagi masa depan. Semoga kisah ini dapat memberikan wawasan, hikmah, dan inspirasi, serta menumbuhkan kebanggaan terhadap kekayaan sejarah Nusantara.
Selamat membaca.
Penulis, tinggal di SIngosari, kabupaten Malang